IBI BK - Belajar Memahi Karakter Burung dari Responsnya terhadap EXTRA FOODING (EF)
Sekedar berbagi pengalaman, saya pernah merawat tledekan
gunung dengan memberi asupan makanan tak jauh berbeda dengan kacer atau murai.
Pemberian jangkrik (jk) dan aplikasi mandi-jemur hampir mirip. Hasilnya, burung
tidak mau sehat. Kolibri pun sama, hampir setipe juga dengan tledekan. Maksud
setipe di sini adalah jenis burung-burung ini jika mengonsumsi extra fooding
(ef) – makanan tambahan selain voer - yang tidak mudah dicerna, sekalipun
sehari memakan satu baskom tetap saja bulu mengembang.
Lain halnya jika diaplikasikan ef
yang mudah dicerna, misalnya kroto. Saya perhatikan hasilnya berbeda, lebih
berdampak positif. Dari sini saya berasumsi bahwa tledekan sangat butuh ef
berprotein tinggi namun yang mudah dicerna oleh tubuhnya. Dari situ biasanya si
tledekan baru mau sehat.
BACA JUGA:
Nah sekarang dari pengalaman
diatas, saya coba analogikan ke jenis burung kacer dan murai yang notabene bermacam-macam
perilaku individunya. Contoh Kacer atau murai yang gampang mengeluarkan SEPAH
atau sisa makanan/ampas. Jika saya berikan ef jk ternyata kurang direspon oleh
tubuhnya, terlihat dari tidak adanya efek positif yang menonjol dari pemberian
ef tersebut. Lain halnya jika saya berikan kroto, efek positifnya sangat terlihat
menonjol.
Dari contoh kasus diatas, sebenarnya
kita bisa sedikit belajar memahami kapasitas “mesin” burung dilihat dari kemampuannya
mengolah makanan yang kita berikan. Artinya, bisa kita jadikan salah satu petunjuk
terkait dengan ef apa yang sebaiknya harus kita berikan pada burung kita. Coba pembaca
sekalian juga ikut meneliti hal tersebut, apakah terjadi hal yang sama atau
tidak.
Pada penutup artikel ini, saya
sekali lagi menyatakan bahwa analisa ini saya ambil dari pengalaman pribadi
saya. Benar atau tidaknya silahkan publik yang mengujinya. Semoga bisa menjadi
tambahan informasi baru buat sobat kicaumania nusantara.
Sumber: Ibi Bandar Kacer 5 September 2020